Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memprediksi industri ritel akan mengalami stagnasi usai Lebaran 2024 akibat dari tingkat okupansi yang tak pulih kembali seperti pada tahun 2019. Ketua Umum DPP APPBI Alphonzus Widjaja menjelaskan, pada 2019 tingkat okupasi mal secara nasional rata rata 90 persen lebih. Kemudian pada 2021 dan 2022, tepatnya saat pandemi Covid 19, tingkat okupansi jatuh ke angka 20 persen. "Sehingga, hanya tersisa rata rata nasional kurang lebih sekitar 70 persen," kata Alphonzus dalam sambutannya di acara Seminar & Rakernas APPBI 2024 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (31/1/2024).
Pada 2022, angkanya kemudian mengalami peningkatan yang hampir menyentuh 80 persen. Pihaknya sempat sangat optimis pada tahun ini, tingkat okupansi bisa kembali menyentuh 90 persen seperti pada saat 2019. Namun, akibat adanya situasi yang mengkhawatirkan, ia dan APPBI merevisi target tersebut dan mengungkap industri ritel RI bisa mengalami stagnasi usai Lebaran 2024.
Ditemui di sela acara, Alphonzus mengatakan pihaknya merevisi tersebut setelah mengetahui ada situasi mengkhawatirkan, yakni peritel mengalami hambatan dalam membuka toko baru. Industri Ritel RI Diprediksi Bakal Stagnan Usai Lebaran 2024 136 Juta Lebih Orang Diprediksi Bakal Lakukan Perjalanan Mudik Lebaran 2024
Usai Pengumuman Pemilu 2024, PDIP Diprediksi Bakal Hengkang dari Kabinet Jokowi Jokowi Diprediksi Bakal Ditinggalkan Usai MK Putuskan Tolak Gugatan Sengketa Pilpres 2024 Volume Kendaraan Mudik Lebaran 2024 Diprediksi Meningkat, Polda Jateng Bakal Gunakan ETLE Drone
Idul Fitri 2024 Muhammadiyah dan Pemerintah Diprediksi Bakal Sama, Jadwal Sidang Isbat Lebaran Industri Makanan dan Minuman Diprediksi Tumbuh 5 Persen Jelang Lebaran Dukcapil Prediksi 15.000 Pendatang Baru Bakal Datangi Jakarta Usai Lebaran 2024
Peritel terhambat membuka toko baru karena terimbas dari peraturan pembatasan impor yang dibuat pemerintah. Peraturan pembatasan impor tersebut, kata Alphonzus, malah membatasi impor legal yang secara prosedur jelas dan membayar pajak secara benar. Sementara itu untuk pengetatan impor ilegal dinilai tidak ada langkah konkret dari pemerintah.
"Pemerintah sampai sekarang tidak pernah menyampaikan ada langkah mengurangi barang ilegal. Adanya hanya pengetatan barang impor," ujar Alphonzus. Maka dari itu, dalam waktu dekat jika ada mal yang buka, ia yakin tingkat okupansinya tidak tinggi, bahkan target bisa tidak tercapai. Hal itu lagi lagi akibat dari peraturan pengetatan impor ini. Meski ke depannya akan ada perayaan Imlek, Ramadan, dan Lebaran, industri ritel disebut tetap akan mengalami stagnasi.
"Banyak industri ritel yang TBK (perusahaan terbuka) menyampaikan di tahun ini mengurangi pembukaan toko baru atau sama sekali tidak membuka. Impor jelas dibatasi, yang ilegal tidak ada penanganan selama ini," tutur Alphonzus.