Mungkin sebagian orang pernah mengalami pingsan. Pingsan atau hilangnya kesadaran umumnya terjadi ketika seseorang mengalami kelelahan, sakit atau ketakutan luar biasa. Tapi jangan dianggap sepele. Pingsan bisa jadi salah satu tanda bahaya. Salah satunya bisa menjadi gejala dari gangguan irama jantung (aritmia) yang bisa berujung kematian mendadak. "Salah satu penyebab Pingsan adalah aritmia. Pingsan bisa menjadi gejala pertama atau terakhir dari kematian mendadak," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pondok Indah Bintaro Jaya dr. Alexandra Gabriella, Sp. J. P, FIHA saat media briefing yang diselenggarakan RS Pondok Indah di Jakarta, Jumat (7/6/2024).

Namun, memang tidak semua pingsan mengarah pada aritmia. Karenanya, dr Gabriella pun bagikan perbedaan pingsan biasa dengan yang berbahaya. Ciri ciri pingsan yang tidak berbahaya pertama adalah pingsan terjadi ketika ada perubahan posisi. Misalnya dari duduk, tiba tiba berdiri. Kedua, dicetuskan oleh rangsangan spesifik. Misalnya berada di tengah keramaian sehingga sulit bernapas. Atau sedang melakukan upacara dengan cuaca panas. Sedangkan tanda pingsan yang berbahaya pertama adalah terjadi tanpa gejala awal yang jelas.

Mahasiswa Kedokteran dan Biologi UBB Lakukan Riset, Buah Takokak Bisa Jadi Obat Asam Urat Bangkapos.com Tak Punya Sertifikat Guru Penggerak, Tidak Bisa Jadi Kepala Sekolah Bangkapos.com Contoh, seorang pemain bola awalnya terlihat baik baik saja. Tapi secara mendadak mengalami pingsan. Kedua, memiliki riwayat penyakit jantung. Ketiga, punya riwayat meninggal mendadak dalam keluarga.

Lantas apa yang bisa dilakukan saat melihat orang pingsan dan diduga aritmia? Terkait hal ini, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pondok Indah Bintaro Jaya dr. Alexandra Gabriella, Sp. J. P, FIHA di Jakarta beri penjelasan. Menurutnya, langkah pertama adalah segera cek nadi orang tersebut. Jika cek nadi tidak ditemukan, maka segera lakukan panggilan ke nomor darurat 112 (Call Center 112). "Begitu pingsan segera dipanggil (orang yang pingsan). Tidak ada respon, cek nadi. Tidak ada denyut nadi, telepon 112," tegasnya.

Selagi menunggu tenaga medis datang, lakukan langkah cardiopulmonary resuscitation atau dikenal dengan resusitasi jantung paru (RJP). Langkah RJP: 1. Pastikan orang yang mengalami henti napas berada di dataran yang keras dan lurus sehingga tidak ada rebound saat dilakukan kompresi. 2. Posisi bisa berada di sebelah kanan dan kiri orang tersebut. 3. Lebarkan kaki untuk ancang ancang 4. Titik RJP berada dua jari di atas xipoid process/taju pedang. 5. Tekan dengan kedalaman 5 6 cm dengan kecepatan 100 120 tekanan per menit. 6.Lakukan selama 5 siklus. 7. Gunakan kekuatan bahu untuk menekan bagian tengah dada.

Menurut dr Gabriella, jika saat seseorang alami henti jantung dan tidak mendapatkan penanganan apa pun, maka bisa sebabkan kefatalan. "Kalau henti jantung, dikatakan otak bisa rusak dalam 6 menit tanpa ada CPR," imbuhnya. Oleh karena itu, dipastikan CPR segera sampai datangnya tenaga medis. "Kalau cepat bisa bangun lagi, jalan lagi. Jadi tidak ada golden period," tutupnya. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *